Rabu, 27 April 2011

sekedar nulis ( G.E.L.I.A.T)



Judul : Geliat
Bab : The Sacrifise (lanjutan)

...sejumput bayangan berlari- lari mengejarku, jubah mereka berwarna hitam pekat sedangkan aku tak mengenali wajah mereka karena mereka menggunakan topeng. topeng itu berwarna putih dikegelapan malam, seperti terbuat dari perak atau mungkin gypsum putih...entahlah mereka siapa. jumlah mereka belasan.

ritual aneh, mereka seperti sedang melakukan upacara yang sepertinya sangat sakral karena tak keluar suara sedikitpun dari mulut mereka. hanya suara angin dan burung hitam yang banyak di sekeliling mereka. tangan kiri mereka di acungkan kedepan menyerupai pasukan hitler dalam kamp-nya dan tangan kanan mereka memegang dada kiri sambil mengucapkan kata- kata seperti bahasa latin atau entah bahasa yang tak aku mengerti, mengucapkan sebuah sumpah atau sejenis ikrar.

yang paling aneh adalah air yang ada di gelas bening berbentuk bulat, air itu berwarna merah pekat. pekat sekali. semoga saja itu syrup, bukan seperti yang ada dalam pikiranku. aku terpaku melihat polah mereka yang tak biasa. seperti perkumpulan rahasia.

mereka melingkar menghadap api. api itu menyala redup tertiup angin malam yang dingin dan menusuk, ritual itu begitu khusyuk.

sampai kehadiranku mengganggu mereka, burung sialan itu mengaggetkan aku, sehingga keberadaanku pun diketahui. kekhusyuan mereka buyar dengan suara teriakan kecilku yang melengking, awalnya aku berpikir menirukan suara kucing, untuk mengelabui mereka, tapi kaki kiriku mengenai sebuah botol beling. cring, suaranya sangat nyaring. akhirnya salah satu dari mereka menghampiri tempat asal suara, mendekat dan melihat bayanganku. maka jurus kaki seribu pun kukeluarkan, karena aku tak tahu harus bagaimana lagi.

berhenti ! berhenti ! teriak mereka..
mereka melihatku.
gawat pikirku. sambil aku terus berlari dengan terengah- engah.

baru kali itu kakiku teramat kuat untuk lari sejauh dan secepat itu.. seperti sedang dikejar helder. nafaskupun naik turun tak karuan, keringat dingin mulai mengucur dari sekujur tubuh. malam yang dingin pun terasa sangat panas. gelap ini membuatku buta. aku dimana? meraba- raba dalam pekat malam.

sampai akhirnya aku melihat sebuah tempat duduk berwana krem. disana ada tiang lampu taman yang rusak. aku teringat saat mendaftar di kampus baru ini, itu adalah taman.

tak berhenti sampai lorong taman, mereka terus mengejarku sampai taman kampus belakang, sepertinya yang mengejarku 3 orang karena bayangan mereka di kaca kampus tadi itu sangat jelas. mereka mengendus- endus seluruh tempat yang aku telah lewati sementara aku sendiri masih bersembunyi.

semoga persembunyianku ini tidak diketahui,harapku. hal ini pernah kulakukan ketika main petak umpet dan berkali- kali aku menang... semoga kali ini aku beruntung, aku memuji mengucap doa dengan begitu dalam sampai air mataku meleleh, sungguh aku begitu ketakutan, karena ini bukan main- main, mereka mengejarku, sepertinya yang mereka lakukan itu begitu rahasia, dan aku adalah pihak yang mengetahui rahasia mereka, aku menyimpan rahasia mereka dan mereka takut ini terbongkar. aku khawatir bila mereka akan membungkamku. sehingga aku tak kan bersuara lagi selamanya...

tapi sungguh aku berucap, itu tak boleh ada di kamusku karena takutku hanya untuk penggenggam jiwa, Allah, Tuhanku.

Aku terdiam dalam rahasia besar, diatas pohon kampus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar