
Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat didukung oleh sektor riil. Sektor riil inilah sebenarnya sektor yang sangat kuat dalam menghadapi badai krisis ekonomi manapun. Mungkin kita masih ingat pemberitaan mengenai Lehman Brothers yang kolaps karena kredit macet, tak ayal terjadi kubangan kemiskinan yang sangat dahsyat di Amerika Serikat, sampai Bank Dunia mengeluarkan statement tentang pajak bank- bank di seluruh dunia untuk memulihkan kembali perekonomian yang runtuh karena sistem ekonomi non riil.
Tentu tidak untuk menghakimi, tetapi dari kasus besar tersebut, harus kita jadikan pelajaran penting, bahwa pertumbuhan ekonomi tidak melulu dengan sektor- sektor raksasa dalam rumah balon yang kapan saja bisa meledak, tetapi ada disektor- sektor riil yang biasanya dijalankan oleh para pengusaha mikro yang merupakan bangunan kokoh perekonomian suatu bangsa, ibaratnya sektor ini bukan raksasa yang rapuh, tetapi bayi yang tumbuh dengan sewajarnya sehingga pertumbuhannya kuat.
Indonesia sendiri adalah zamrud khatulistiwa, negeri yang kaya raya, dengan kandungan alam luar biasa di dalamnya. Dari laut, hutan, pertanian hingga peternakan. Tetapi ironis negeri kaya ini pengelolaannya tidak maksimal, contohnya saja, masih banyak produk- produk bahan makanan pokok yang diimpor dari luar negeri. Padahal Indonesia bisa menjadi salah satu negara besar dalam pemberdayaan sektor riil, karena dari segi geografis dan astronomis sangat mendukung.
Begitupun dengan peternakan.
Memang pemberdayaan peternakan di Indonesia sendiri masih memprihatinkan. Banyak sekali peternak Indonesia dalam skala kecil gulung tikar, dari minimnya segi pendidikan, sulitnya mendapat pembiayaan modal, pakan ternak yang mahal, penyakit hewan, kredit mikro yang masih belum menyebar dan dalam presentase yang kecil ditambah lagi para tengkulak yang membeli dengan harga begitu murah, menyebabkan iklim peternakan ditinggalkan dan peternak miskin makin terjepit. Tak ayal dan sudah jadi rahasia umum, banyak Sarjana Peternakan yang memilih bekerja di sektor perbankan dan sektor lainnya yang tidak berhubungan.
Karena itu diperlukan kesadaran baik dari masyarakat maupun pemerintah untuk memberdayakan ekonomi riil yang sebenarnya nafas dari rakyat ini, karena menghidupi jutaan masyarakat ekonomi bawah yang tergolong dhuafa.
Padahal bila dilihat dari potensi pasar yang ada di Indonesia masih sangat luas. Bagaimana tidak, negeri mayoritas muslim ini dengan jumlah penduduk terbesar ke- 5 di dunia, menjelang Idul adha akan membuat kebutuhan ternak seperti sapi dan kambing meningkat signifikan. Bahkan untuk kebutuhan makanan pokok, resto, rumah makanan dan bisnis kuliner pun sangat dibutuhkan. Dan ini harus jadi perhatian para pelaku bisnis lokal, baik dengan tujuan laba ataupun nirlaba. Belum lagi negeri- negeri tetangga yang masih banyak muslim, tentu bisa menjadi pasar yang sangat potensial.
Peningkatan manajemen profesional, pendidikan dan pelatihan bagi peternak, akses modal yang mudah, kredit mikro dalam jumlah besar yang tersebar, teknologi yang mendukung disertai manusia- manusia yang sadar dan terakhir 'Politic Will' dari pemerintah, InsyAllah kebangkitan peternakan Indonesia akan segera terealisasi dan jutaaan dhuafa akan tertolong.
Allahu'alam.